Seni dari kepemimpinan adalah berkata tidak
Seni dari kepemimpinan adalah berkata tidak, bukan berkata ya. Berkata ya itu sangatlah mudah. Jika SBY yang tak akan maju lagi sebagai presiden karena sudah menjabat dua kali masih takut bilang tidak kepada parpol, ia hanya akan menjadi mantan presiden yang rapuh.
Isu perombakan kabinet sudah semakin menggelikan sekaligus menyebalkan. Secara emosional, partai-partai politik koalisi maupun pihak Istana tampak tercekam oleh ketakutan.
Secara moral, kegaduhan yang timbul hanya memuncratkan syahwat kekuasaan. Jauh dari keteladanan Khalifah Abubakar, Umar bin Khattab, apalagi Umar bin Abdul Aziz, yang begitu merunduk, gemetar, dan menangis tatkala mendapatkan (bukan meminta) jabatan.
Secara etika politik, selain menunjukkan ”kecabulan”, juga memamerkan ketamakan tak bermalu akan kekuasaan. Mereka tak peduli pada penilaian masyarakat maupun unit kerja presiden yang menyebutkan mutu kinerja para menteri hasilnya kurang dari 50 persen.
Turnamen catur
Secara strategis, isu penggantian para menteri itu juga jadi sebuah ”permainan catur” menuju turnamen babak final pada Pemilu 2014. Bukan soal siapa dapat apa atau sekadar langkah pertukaran bidak, melainkan, terutama, menyangkut dana yang harus segera dijarah dari pundi- pundi negara maupun para pengusaha yang sudah atau dijanjikan tendernya akan dimenangkan.
Isu perombakan kabinet ini tampaknya juga bisa dibaca sebagai sebuah kocok ulang (atau perangkap?) untuk berbagi kesempatan korupsi di antara partai pendukung rezim SBY setelah Partai Demokrat yang berkuasa babak belur oleh skandal korupsi akhir-akhir ini.
Klaim bahwa perombakan kabinet untuk perbaikan kinerja pemerintah adalah ilusi belaka. Sisa masa kerja kabinet, efektif hanya tinggal belasan bulan. Para menteri, baik yang baru maupun lama yang dari parpol, tentu harus segera bekerja bagi pemenangan partainya di pemilu. Untuk itu, mereka takkan mau repot-repot menyukseskan pemerintahan SBY/Demokrat, malah kalau bisa membusukkannya. Jadi, jika SBY yang tak akan maju lagi sebagai presiden karena sudah menjabat dua kali masih takut bilang ”tidak” kepada parpol, ia hanya akan menjadi mantan presiden yang rapuh.
Isu perombakan kabinet sudah semakin menggelikan sekaligus menyebalkan. Secara emosional, partai-partai politik koalisi maupun pihak Istana tampak tercekam oleh ketakutan.
Secara moral, kegaduhan yang timbul hanya memuncratkan syahwat kekuasaan. Jauh dari keteladanan Khalifah Abubakar, Umar bin Khattab, apalagi Umar bin Abdul Aziz, yang begitu merunduk, gemetar, dan menangis tatkala mendapatkan (bukan meminta) jabatan.
Secara etika politik, selain menunjukkan ”kecabulan”, juga memamerkan ketamakan tak bermalu akan kekuasaan. Mereka tak peduli pada penilaian masyarakat maupun unit kerja presiden yang menyebutkan mutu kinerja para menteri hasilnya kurang dari 50 persen.
Turnamen catur
Secara strategis, isu penggantian para menteri itu juga jadi sebuah ”permainan catur” menuju turnamen babak final pada Pemilu 2014. Bukan soal siapa dapat apa atau sekadar langkah pertukaran bidak, melainkan, terutama, menyangkut dana yang harus segera dijarah dari pundi- pundi negara maupun para pengusaha yang sudah atau dijanjikan tendernya akan dimenangkan.
Isu perombakan kabinet ini tampaknya juga bisa dibaca sebagai sebuah kocok ulang (atau perangkap?) untuk berbagi kesempatan korupsi di antara partai pendukung rezim SBY setelah Partai Demokrat yang berkuasa babak belur oleh skandal korupsi akhir-akhir ini.
Klaim bahwa perombakan kabinet untuk perbaikan kinerja pemerintah adalah ilusi belaka. Sisa masa kerja kabinet, efektif hanya tinggal belasan bulan. Para menteri, baik yang baru maupun lama yang dari parpol, tentu harus segera bekerja bagi pemenangan partainya di pemilu. Untuk itu, mereka takkan mau repot-repot menyukseskan pemerintahan SBY/Demokrat, malah kalau bisa membusukkannya. Jadi, jika SBY yang tak akan maju lagi sebagai presiden karena sudah menjabat dua kali masih takut bilang ”tidak” kepada parpol, ia hanya akan menjadi mantan presiden yang rapuh.
0 Response to "Seni dari kepemimpinan adalah berkata tidak"
Posting Komentar