Ritel modern
Ritel modern yang beroperasi di Makassar diminta mengutamakan produk pertanian dan perikanan lokal dibanding produk luar. Saat ini masih banyak produk luar Sulsel yang dijual di pasarpasar modern di Makassar, di antaranya ikan kering kemasan.
Padahal,produk ini banyak di Sulsel. Sekretaris Asosiasi Supplier Lokal Pasar Modern Sulsel Makmur Mingko menjamin kualitas produk lokal jauh lebih baik. Seperti ikan kering asal Sulsel lebih berkualitas dibanding produk asal Jawa Timur (Jatim).Harganya pun cukup kompetitif. “Kalau pasarpasar modern membeli di Jawa, tentu harganya lebih tinggi jika dijual di Makassar,” paparnya.
Khusus ikan basah, dalam sebulan, pengusaha bisa memasok hingga Rp50 juta lebih untuk empat pasar modern yang ada di Kota Makassar.“Itu jumlah rata-rata setiap bulan. Masih ada juga beberapa toko modern lain yang disuplai teman- teman,”katanya. Sementara untuk hasil pertanian, seperti sayur-sayuran, tomat, cabe, hampir dominan berasal dari Sulsel, termasuk jenis bumbu.
Menurut Makmur, untuk sayur-sayuran, pengusaha bisa memasok hingga Rp100 juta per bulan. “Itu hanya empat toko modern. Belum dihitung beberapa toko lain,”ungkapnya. Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulsel Iskandar menjamin tidak ada produk ikan basah dari daerah lain yang dijual di pasar-pasar modern di Makassar. “Produksi ikan basah kami masih mencukupi untuk memenuhi konsumsi masyarakat.
Tidak perlu ada ikan dari luar yang masuk,”tandasnya. Khusus produksi ikan basah tangkap Sulsel pada 2010 sebanyak 35.000.Konsumsi ikan basah Sulsel sebanyak 38 kg per kapita per tahun. “Tidak ada masalah untuk produk perikanan kami,termasuk yang dipasok ke pasar-pasar modern di Makassar,”katanya. Bahkan, Sulsel masih mengirim ikan basah tangkap maupun ikan budi daya untuk beberapa kota,seperti Jakarta, termasuk Kalimantan dan Sumatera.“
Produksi ikan Sulsel cukup berlebihan.Kami masih mengirim produksi untuk beberapa daerah lain,”ujarnya. Namun, kalau ikan olahan, produksi Sulsel kalah bersaing dengan Jatim. Dia mencontohkan, ikan kering rata-rata masih harus didatangkan dari Sidoarjo, Jatim. “Kualitas ikan kering kami memang kalah bersaing dengan ikan kering yang didatangkan dari daerah lain,” paparnya.
Produk perikanan yang juga masih harus didatangkan dari luar Sulsel,di antaranya terasi, kecap, maupun petis. Dia mengatakan, Sulsel belum memiliki industri pengolahan terasi modern. “Masih terbatas jumlahnya dan industrinya belum terlalu bagus,”pungkasnya. Demikian catatan online blog Jasa Pengiriman Barang yang berjudul Ritel modern.
Padahal,produk ini banyak di Sulsel. Sekretaris Asosiasi Supplier Lokal Pasar Modern Sulsel Makmur Mingko menjamin kualitas produk lokal jauh lebih baik. Seperti ikan kering asal Sulsel lebih berkualitas dibanding produk asal Jawa Timur (Jatim).Harganya pun cukup kompetitif. “Kalau pasarpasar modern membeli di Jawa, tentu harganya lebih tinggi jika dijual di Makassar,” paparnya.
Khusus ikan basah, dalam sebulan, pengusaha bisa memasok hingga Rp50 juta lebih untuk empat pasar modern yang ada di Kota Makassar.“Itu jumlah rata-rata setiap bulan. Masih ada juga beberapa toko modern lain yang disuplai teman- teman,”katanya. Sementara untuk hasil pertanian, seperti sayur-sayuran, tomat, cabe, hampir dominan berasal dari Sulsel, termasuk jenis bumbu.
Menurut Makmur, untuk sayur-sayuran, pengusaha bisa memasok hingga Rp100 juta per bulan. “Itu hanya empat toko modern. Belum dihitung beberapa toko lain,”ungkapnya. Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulsel Iskandar menjamin tidak ada produk ikan basah dari daerah lain yang dijual di pasar-pasar modern di Makassar. “Produksi ikan basah kami masih mencukupi untuk memenuhi konsumsi masyarakat.
Tidak perlu ada ikan dari luar yang masuk,”tandasnya. Khusus produksi ikan basah tangkap Sulsel pada 2010 sebanyak 35.000.Konsumsi ikan basah Sulsel sebanyak 38 kg per kapita per tahun. “Tidak ada masalah untuk produk perikanan kami,termasuk yang dipasok ke pasar-pasar modern di Makassar,”katanya. Bahkan, Sulsel masih mengirim ikan basah tangkap maupun ikan budi daya untuk beberapa kota,seperti Jakarta, termasuk Kalimantan dan Sumatera.“
Produksi ikan Sulsel cukup berlebihan.Kami masih mengirim produksi untuk beberapa daerah lain,”ujarnya. Namun, kalau ikan olahan, produksi Sulsel kalah bersaing dengan Jatim. Dia mencontohkan, ikan kering rata-rata masih harus didatangkan dari Sidoarjo, Jatim. “Kualitas ikan kering kami memang kalah bersaing dengan ikan kering yang didatangkan dari daerah lain,” paparnya.
Produk perikanan yang juga masih harus didatangkan dari luar Sulsel,di antaranya terasi, kecap, maupun petis. Dia mengatakan, Sulsel belum memiliki industri pengolahan terasi modern. “Masih terbatas jumlahnya dan industrinya belum terlalu bagus,”pungkasnya. Demikian catatan online blog Jasa Pengiriman Barang yang berjudul Ritel modern.
0 Response to "Ritel modern"
Posting Komentar