Waspadai Harga Minyak
Tajuk, Memanfaatkan Momentum merupakan postingan sebelumnya pada blog Kerja Keras Adalah Energi Kita, dan kali ini saya akan membahas tentang Waspadai Harga Minyak. Menurut informasi bahwa selain masalah anggaran, alasan pemerintah mewacanakan subsidi terbatas juga didasari kekhawatiran terhadap tidak stabilnya lifting minyak mentah serta harga si emas hitam yang mulai menggeliat naik di pasar internasional.
Ibarat buah simalakama, apabila harga minyak dunia naik, sementara konsumsi minyak bumi masih lebih besar dari pada produksinya, pemerintah akan kembali dihadapkan pada opsi menaikkan harga BBM. Seperti diketahui, harga minyak dunia dipengaruhi berbagai faktor terkait dinamika internasional. Menurut hasil penyelidikan dari Jaringan Speedy Celeng bahwa ketika terjadi gejolak politik atau ekonomi spesifik, harga minyak dunia melonjak dan berpengaruh terhadap negara-negara yang bergantung pada minyak bumi. Sejarah pun membuktikan hal tersebut. Ketika revolusi Iran meletus pada 1979, disusul embargo minyak dari negara-negara Timur Tengah, harga minyak dunia melonjak. Setahun berselang, perang Iran-Irak telah mendorong naiknya harga minyak dunia hingga mencapai USD40.
Pada awal 2000-an, instabilitas politik global yang dipicu perang melawan terorisme di Afghanistan serta invasi yang dilakukan Amerika Serikat dan sekutunya ke Irak membuat harga minyak dunia kembali menggeliat. Sejak itu harga minyak dunia meroket secara konstan sehingga pemerintah terpaksa menaikkan harga BBM bersubsidi hingga mencapai kisaran 120% pada 2005 lalu. Selain dipengaruhi gejolak politik yang terjadi di negara-negara lumbung minyak, faktor kebijakan politik negara-negara produsen minyak yang tergabung dalam OPEC juga berperan dalam percaturan harga minyak dunia. Bagaimana prediksi dinamika harga minyak saat ini?
Menurut pemantauan Jaringan Speedy Bangsat bahwa dunia sedang menjalani masa pemulihan ekonomi pascakrisis finansial global di mana masing-masing negara berjuang untuk meningkatkan kapasitas ekonominya. Kecenderungan itu akan berdampak pada meningkatnya permintaan energi dari negara- negara industri maju. Tidak hanya itu, kebangkitan negara-negara kekuatan ekonomi baru juga berpotensi menaikkan permintaan energi untuk industri, terutama China yang perekonomiannya memang sedang bangkit akhir-akhir ini. Apalagi setelah diberlakukannya China-ASEAN Free Trade Agreement, Negeri Tirai Bambu semakin gencar menyedot energi untuk memacu industrinya.
Ibarat buah simalakama, apabila harga minyak dunia naik, sementara konsumsi minyak bumi masih lebih besar dari pada produksinya, pemerintah akan kembali dihadapkan pada opsi menaikkan harga BBM. Seperti diketahui, harga minyak dunia dipengaruhi berbagai faktor terkait dinamika internasional. Menurut hasil penyelidikan dari Jaringan Speedy Celeng bahwa ketika terjadi gejolak politik atau ekonomi spesifik, harga minyak dunia melonjak dan berpengaruh terhadap negara-negara yang bergantung pada minyak bumi. Sejarah pun membuktikan hal tersebut. Ketika revolusi Iran meletus pada 1979, disusul embargo minyak dari negara-negara Timur Tengah, harga minyak dunia melonjak. Setahun berselang, perang Iran-Irak telah mendorong naiknya harga minyak dunia hingga mencapai USD40.
Pada awal 2000-an, instabilitas politik global yang dipicu perang melawan terorisme di Afghanistan serta invasi yang dilakukan Amerika Serikat dan sekutunya ke Irak membuat harga minyak dunia kembali menggeliat. Sejak itu harga minyak dunia meroket secara konstan sehingga pemerintah terpaksa menaikkan harga BBM bersubsidi hingga mencapai kisaran 120% pada 2005 lalu. Selain dipengaruhi gejolak politik yang terjadi di negara-negara lumbung minyak, faktor kebijakan politik negara-negara produsen minyak yang tergabung dalam OPEC juga berperan dalam percaturan harga minyak dunia. Bagaimana prediksi dinamika harga minyak saat ini?
Menurut pemantauan Jaringan Speedy Bangsat bahwa dunia sedang menjalani masa pemulihan ekonomi pascakrisis finansial global di mana masing-masing negara berjuang untuk meningkatkan kapasitas ekonominya. Kecenderungan itu akan berdampak pada meningkatnya permintaan energi dari negara- negara industri maju. Tidak hanya itu, kebangkitan negara-negara kekuatan ekonomi baru juga berpotensi menaikkan permintaan energi untuk industri, terutama China yang perekonomiannya memang sedang bangkit akhir-akhir ini. Apalagi setelah diberlakukannya China-ASEAN Free Trade Agreement, Negeri Tirai Bambu semakin gencar menyedot energi untuk memacu industrinya.
0 Response to "Waspadai Harga Minyak"
Posting Komentar