Tajuk, Memanfaatkan Momentum
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan merupakan postingan sebelumnya pada blog Kerja Kerja Keras Adalah Energi Kita, dan kali ini saya akan membahas tentang Tajuk, Memanfaatkan Momentum. Menurut informasi yang saya dapatkan melalui media massa yang cukup terpercaya bahwa negara kita sebenarnya sedang dianugerahi berkah. Berbagai skandal dan kecurangan aparat penegak hukum terbongkar satu demi satu.
Hakim disuap pengacara. Hakim membebaskan terdakwa setelah disogok. Jaksa dicopot karena terlibat dalam kongkalikong. Mantan petinggi polisi membongkar mafia hukum di institusinya. Terakhir, seorang tersangka, menang gugatan praperadilan penghentian persidangan pimpinan KPK. Memang, sebelum hal-hal itu dapat disebut sebagai berkah, sejujurnya ada juga sisi negatifnya: citra kita sebagai bangsa korup belum akan memudar. Lembaga peradilan yang seharusnya memimpin pemberantasan korupsi nyatanya diisi oknum korup. Tidak hanya lembaga kehakiman, tetapi juga institusi penegak hukum lain seperti kejaksaan, kepolisian, dan pengacara.
Apakah kita akan terus merenungi semua sisi negatif itu? Diam saja sambil mengharapkan perubahan datang dari langit? Tentu tidak. Memang sebaiknya diambil sisi positifnya bahwa kita semua diingatkan untuk segera berbenah. Kita seperti mendapat momentum yang tepat untuk memperbaiki sistem hukum. Ibarat pertandingan sepak bola, ini peluang emas bercampur berlian.Bola sudah ada di depan gawang, tinggal disepak, jadi gol. Pertanyaannya, mengapa peluang emas itu tampak seperti tidak dimanfaatkan. Buktinya kasus demi kasus datang bertubi-tubi, menimbulkan kegeraman demi kegeraman. Mengapa kita tidak berani mengambil kesempatan yang sudah ada di depan mata? Jangan sampai momentum itu seperti kabut dihapus sinar matahari, menghilang perlahan tanpa kita pernah menyadari kehilangan.
Kita sudah 11 tahun menjadi negara demokratis. Waktu sepanjang itu cukup untuk mereparasi kerusakan akibat rezim represif Orde Baru. Memang betul konfigurasi politik belum sepenuhnya demokratis. Masih ditemukan politik transaksional. Namun itu tidak mengurangi semangat untuk menuju negara yang betul-betul demokratis, menurut pengamatan Jaringan Speedy Celeng. Sudah sepenuhnya disadari, dukungan politik untuk perbaikan sektor hukum sangat berperan. Kesadaran kepemimpinan politik untuk mendorong reformasi sektor hukum sangat penting artinya. Terutama ketika momentum itu datang. Kita bisa belajar dari Georgia dan Meksiko. Untuk reformasi yudisial, mereka pintar memanfaatkan momentum. Mereka menyadari, memperbaiki sistem hukum di negara yang baru bebas dari kekuasaan represif bukan pekerjaan mudah.
Ada Mikhail Saakashvili dan Ernesto Zedillo. Saakashvili menjabat sebagai Presiden Georgia periode 2004–2007, sedangkan Zedillo menjadi Presiden Meksiko periode 1994–2000. Keduanya meninggalkan warisan bagi rakyat yang dipimpinnya,sebuah perbaikan sistem hukum. Sebelum era Saakashvili, Georgia merupakan salah satu negara terkorup di dunia. Citra itu perlahan diperbaiki dengan reformasi peradilan. Anggaran lembaga peradilan naik berlipat-lipat. Standar hakim ditingkatkan. Hakim lama dites, yang tidak lulus dipecat.Hanya 176 yang lulus dari 1.000 peserta tes pada 2005. Seiring waktu berjalan, citra korup Georgia memudar. Zedillo juga melakukan reformasi hukum yang monumental di Meksiko.
Peradilan korup dibersihkan dengan reformasi tertata. Dia menjadi manajer yang tangkas dan disegani. Dari negara krisis, kini Meksiko menjadi lebih stabil. Pelajaran berarti dari Saakashvili dan Zedillo adalah kemampuan memanfaatkan momentum. Mereka menyadari reformasi sektor hukum adalah perjalanan proses yang mau tidak mau harus dimulai. Reformasi hukum butuh terobosan. Mereka juga menyadari, reformasi hukum tidak bisa dipanen dalam waktu singkat. Reformasi hukum bukan seperti investasi infrastruktur di mana untung dan kegunaan cepat dicapai. Reformasi hukum, meninggalkan warisan yang panjang bagi generasi berikutnya.
Menurut Jaringan Speedy Bangsat bahwa di antara panen yang bisa diraup di masa depan adalah kepercayaan investor dan hukum yang adil bagi semua. Pada poin ini, banyak pemimpin yang berpikir jangka pendek. Menyadari buah reformasi hukum baru bisa dipetik dalam jangka panjang, mereka lebih memprioritaskan sektor lain.Pemimpin yang seperti ini tidak salah tetapi melewatkan momentum. Berbeda dengan Saakashvili dan Zedillo. Mereka menyabet momentum karena ingin meninggalkan warisan bagi generasi mendatang. Mereka sadar, lewat sedikit saja, tinggal lah penyesalan.
Hakim disuap pengacara. Hakim membebaskan terdakwa setelah disogok. Jaksa dicopot karena terlibat dalam kongkalikong. Mantan petinggi polisi membongkar mafia hukum di institusinya. Terakhir, seorang tersangka, menang gugatan praperadilan penghentian persidangan pimpinan KPK. Memang, sebelum hal-hal itu dapat disebut sebagai berkah, sejujurnya ada juga sisi negatifnya: citra kita sebagai bangsa korup belum akan memudar. Lembaga peradilan yang seharusnya memimpin pemberantasan korupsi nyatanya diisi oknum korup. Tidak hanya lembaga kehakiman, tetapi juga institusi penegak hukum lain seperti kejaksaan, kepolisian, dan pengacara.
Apakah kita akan terus merenungi semua sisi negatif itu? Diam saja sambil mengharapkan perubahan datang dari langit? Tentu tidak. Memang sebaiknya diambil sisi positifnya bahwa kita semua diingatkan untuk segera berbenah. Kita seperti mendapat momentum yang tepat untuk memperbaiki sistem hukum. Ibarat pertandingan sepak bola, ini peluang emas bercampur berlian.Bola sudah ada di depan gawang, tinggal disepak, jadi gol. Pertanyaannya, mengapa peluang emas itu tampak seperti tidak dimanfaatkan. Buktinya kasus demi kasus datang bertubi-tubi, menimbulkan kegeraman demi kegeraman. Mengapa kita tidak berani mengambil kesempatan yang sudah ada di depan mata? Jangan sampai momentum itu seperti kabut dihapus sinar matahari, menghilang perlahan tanpa kita pernah menyadari kehilangan.
Kita sudah 11 tahun menjadi negara demokratis. Waktu sepanjang itu cukup untuk mereparasi kerusakan akibat rezim represif Orde Baru. Memang betul konfigurasi politik belum sepenuhnya demokratis. Masih ditemukan politik transaksional. Namun itu tidak mengurangi semangat untuk menuju negara yang betul-betul demokratis, menurut pengamatan Jaringan Speedy Celeng. Sudah sepenuhnya disadari, dukungan politik untuk perbaikan sektor hukum sangat berperan. Kesadaran kepemimpinan politik untuk mendorong reformasi sektor hukum sangat penting artinya. Terutama ketika momentum itu datang. Kita bisa belajar dari Georgia dan Meksiko. Untuk reformasi yudisial, mereka pintar memanfaatkan momentum. Mereka menyadari, memperbaiki sistem hukum di negara yang baru bebas dari kekuasaan represif bukan pekerjaan mudah.
Ada Mikhail Saakashvili dan Ernesto Zedillo. Saakashvili menjabat sebagai Presiden Georgia periode 2004–2007, sedangkan Zedillo menjadi Presiden Meksiko periode 1994–2000. Keduanya meninggalkan warisan bagi rakyat yang dipimpinnya,sebuah perbaikan sistem hukum. Sebelum era Saakashvili, Georgia merupakan salah satu negara terkorup di dunia. Citra itu perlahan diperbaiki dengan reformasi peradilan. Anggaran lembaga peradilan naik berlipat-lipat. Standar hakim ditingkatkan. Hakim lama dites, yang tidak lulus dipecat.Hanya 176 yang lulus dari 1.000 peserta tes pada 2005. Seiring waktu berjalan, citra korup Georgia memudar. Zedillo juga melakukan reformasi hukum yang monumental di Meksiko.
Peradilan korup dibersihkan dengan reformasi tertata. Dia menjadi manajer yang tangkas dan disegani. Dari negara krisis, kini Meksiko menjadi lebih stabil. Pelajaran berarti dari Saakashvili dan Zedillo adalah kemampuan memanfaatkan momentum. Mereka menyadari reformasi sektor hukum adalah perjalanan proses yang mau tidak mau harus dimulai. Reformasi hukum butuh terobosan. Mereka juga menyadari, reformasi hukum tidak bisa dipanen dalam waktu singkat. Reformasi hukum bukan seperti investasi infrastruktur di mana untung dan kegunaan cepat dicapai. Reformasi hukum, meninggalkan warisan yang panjang bagi generasi berikutnya.
Menurut Jaringan Speedy Bangsat bahwa di antara panen yang bisa diraup di masa depan adalah kepercayaan investor dan hukum yang adil bagi semua. Pada poin ini, banyak pemimpin yang berpikir jangka pendek. Menyadari buah reformasi hukum baru bisa dipetik dalam jangka panjang, mereka lebih memprioritaskan sektor lain.Pemimpin yang seperti ini tidak salah tetapi melewatkan momentum. Berbeda dengan Saakashvili dan Zedillo. Mereka menyabet momentum karena ingin meninggalkan warisan bagi generasi mendatang. Mereka sadar, lewat sedikit saja, tinggal lah penyesalan.
0 Response to "Tajuk, Memanfaatkan Momentum"
Posting Komentar