Sedikit Anak, Tanggungan pun Kecil
Memang, kita tidak bisa membatasi atau mendorong orang hanya untuk memiliki dua anak. Namun, kita bisa memberikan pandangan yang jelas bahwa memiliki terlalu banyak anak akan memperbesar tanggungan, ujar Safir dalam diskusi terbatas BKKBN dan beberapa sumber media massa Pemberdayaan Keluarga Indonesia Cermin Kualitas Bangsa yang digelar pekan lalu di salah satu kantor media massa. Karena itu menurut pengamatan blog Kerja Keras, sangat penting memiliki kesadaran sejak dini tentang perencanaan keuangan keluarga. Terutama ketika sebelum atau sedang membentuk keluarga muda. Fenomena tidak cukupnya gaji bulanan untuk mencukupi kebutuhan adalah klise dan banyak dialami keluarga muda. Bukan berarti hal ini tidak bisa disiasati. Banyak cara yang bisa dilakukan dalam melakukan perencanaan keuangan.
Perencanaan keuangan adalah hal yang penting untuk disosialisasikan. Ini akan berkaitan langsung pada pemahaman para keluarga muda dalam membentuk keluarga mereka, tandasnya. Menurut Safir, jika Anda keluarga muda yang merasa penghasilannya tidak pernah bersisa setiap bulannya atau bahkan terkadang kekurangan, sudah saatnya membuat perencanaan dan menentukan skala prioritas pengeluaran. Selain itu, berhemat atas target pengeluaran juga akan cukup membantu. Semisal Anda seorang karyawan dengan satu istri dan dua anak memiliki gaji sekitar Rp4 juta per bulan. Selain menanggung biaya hidup bulanan, Anda juga mengeluarkan biaya rutin untuk cicilan motor, sewa kontrakan rumah, dan lainnya. Menurut Safir, angka pos pengeluaran untuk membayar utang atau cicilan harus dijaga dalam batas wajar. Ukuran maksimal (yang masih terbilang wajar) adalah 30% dari pendapatan.
Dengan menjaga pembayaran cicilan dalam angka itu, sebenarnya sebuah keluarga bisa membuat perencanaan keuangan dengan baik. Hal terpenting yang perlu diketahui dalam mengelola keuangan dengan baik adalah mengatur pengeluaran sesuai dengan prioritasnya. Karena kalau tidak diatur prioritasnya, terpaksa harus berutang karena sudah kehabisan sebelum ada pemasukan kembali pada waktu gajian tiba, ujarnya. Prioritas dalam perencanaan keuangan adalah untuk membayar utang atau cicilan. Sebab pos ini perlu diperhatikan sebagai prioritas pertama karena jika tidak dibayar dengan disiplin akan menambah beban bunga yang harus dibayar. Kemudian untuk prioritas selanjutnya adalah setoran tabungan rutin dan premi asuransi.
Menurut Safir, harus dibiasakanlah untuk selalu bisa menabung setiap bulan. Meskipun jumlah nominal sedikit yang penting rutin dan konsisten. Setelah kedua prioritas tersebut dilakukan, sisanya baru digunakan untuk biaya hidup yang lain. Istilahnya, dalam mengatur perencanaan keuangan bisa dipahami tiga faktor, yakni wajib, butuh, dan ingin. Artinya, setiap keluarga harus terlebih dahulu memprioritaskan keperluan wajib,baru setelah itu kebutuhan dan jika ada anggaran lebih, boleh saja memenuhi keinginan. Mengelola keuangan dalam keluarga adalah melakukan kebiasaan yang positif secara bertahap dan konsisten. Jadi cobalah untuk memulai dengan yang sederhana, yaitu mengatur prioritas anggaran dengan mendahulukan cicilan utang dan tabungan, ungkapnya.
Membangun komunikasi keuangan antara suami istri juga tidak kalah penting. Meskipun banyak anggapan umum yang menyatakan uang bisa menjadi sumber keretakan rumah tangga, sesungguhnya tidak sepenuhnya demikian. Sebab tidak ada yang bisa menjamin, meskipun hidup berkelebihan materi dan tidak berkekurangan, suatu keluarga akan langgeng. Dengan begitu, membangun pengertian satu sama lain tentang kondisi keuangan menjadi kunci dari hubungan keluarga yang harmonis. Sehingga kuncinya adalah komunikasi, ujar Safir. Meskipun tidak mudah untuk membangun komunikasi keuangan, bukan berarti tidak bisa dilakukan. Menurut Safir, bahkan komunikasi itu harus dibangun terusmenerus.
Menurut blog Kerja Keras bahwa minimal perkawinan tidak akan terganggu karena masalah keuangan, sebab komunikasi keuangan sudah terjalin dengan baik. Komunikasi keuangan tersebut di antaranya dengan mengutarakan pandangan satu sama lain atas keuangan keluarga. Setelah masing-masing mengetahui tujuan keuangannya, bisa dibuat prioritas tentang tujuan keuangan mana yang bisa dicapai terlebih dahulu oleh keluarga.
0 Response to "Sedikit Anak, Tanggungan pun Kecil"
Posting Komentar