Saatnya Mengubah Paradigma Lama

Saatnya Mengubah Paradigma LamaPeningkatan jumlah populasi adalah persoalan yang sering dihadapi negara berpenduduk padat seperti Indonesia. Masalah ini juga berkaitan erat dengan keluarga yang menjadi sendi utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Populasi penduduk Indonesia menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berada di urutan keempat dengan jumlah 230 juta jiwa (United Nations 2009,World Population Prospect: The 2008 Revision).

Dari jumlah tersebut, yang dominan adalah penduduk berusia muda (remaja) 15–19 tahun sebanyak 21,4 juta jiwa dan usia 20–24 sebanyak 21,1 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah penduduk usia tua sebanyak 14,4 juta, jumlah ini bertambah pada 2005 menjadi 16,5 juta. Adapun pada 2008 sebagaimana disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika menghadiri Puncak Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 2010 di Istana Negara, mereka berjumlah 19,5 juta jiwa. Jumlah pendudukan tua akan semakin banyak pada tahun-tahun mendatang. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) awalnya memprediksi jumlah penduduk Indonesia hasil sensus yang sekarang masih dilakukan adalah sekitar 235 juta jiwa.

Namun menurut Kepala BKKBN Sugiri Syarief, tampaknya jumlah penduduk bisa melebihi angka 240. Jika hal itu yang terjadi, program Keluarga Berencana (KB) bisa dianggap gagal. Saat ini masalah kependudukan yang juga dihadapi adalah jumlah penduduk tua akan terus bertambah setiap tahunnya. Pertambahan itu akan mengalami titik tertinggi pada 2030 mendatang. Adapun pada 2050 penduduk Indonesia sudah banyak sekali yang berusia tua. Saat ini negara yang mempunyai penduduk tua sangat banyak contohnya adalah Jepang, ungkap Sugiri dalam acara diskusi terbatas BKKBN dan sumber media massa bertema Pemberdayaan Keluarga Indonesia Cermin Kualtas Bangsa yang digelar pekan lalu di salah satu Kantor media massa. Masalah kependudukan lain yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah persebaran penduduk yang tidak proporsional.

Baca Juga


Menurut Sugiri, di luar Pulau Jawa, persebaran penduduk masih ada yang 5–10 jiwa per kilometer. Namun di Pulau Jawa jumlahnya bisa mencapai 500–600 jiwa per kilometer. Masalah lain yang tak kalah penting adalah jumlah keluarga prasejahtera yang juga masih sangat tinggi. Ada sekitar 30 juta jiwa yang bisa dikategorikan sebagai golongan sangat miskin. Mengingat tingginya jumlah penduduk Indonesia, pemerintah khususnya BKKBN melakukan sejumlah upaya untuk membatasinya. Salah satunya yang terkenal adalah program KB. Program ini adalah upaya pengaturan kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas. Sugiri menjelaskan, untuk meminimalkan jumlah anak dalam keluarga, ada sejumlah hal yang bisa dilakukan.

Di antaranya tidak boleh terlalu muda atau terlalu tua ketika melahirkan serta jangan terlalu sering melahirkan. Misalnya jangan melahirkan lebih dari usia 36 tahun karena dikhawatirkan berbahaya bagi si ibu. Jika semua hal tersebut dilakukan, secara otomatis jumlah anak dalam keluarga juga sedikit, kata Sugiri. Selain masalah kependudukan, BKKBN juga dihadapkan pada masalah kualitas keluarga. Saat ini menurut Sugiri jumlah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) masih sangat tinggi. Hubungan antara suami-istri hingga orang tua-anak masih sering terlihat belum ideal, kadang masih diwarnai dengan kekerasan. Masalah lain yang berhubungan dengan kualitas keluarga adalah meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, penggunaan bahasa dan kata-kata buruk, meningkatnya perilaku merusak diri (seperti narkoba, seks bebas, dan alkohol),kaburnya pedoman moral baik dan buruk.

Selanjutnya antara lain penurunan etos kerja, rendahnya rasa hormat, rendahnya rasa tanggung jawab. Berbagai masalah di atas, baik masalah jumlah anggota keluarga (khususnya anak) maupun kualitas dalam hubungan dalam keluarga menjadi hal yang dibebankan kepada BKKBN. Selain itu,keluarga berkualitas mesti memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Definisi keluarga berkualitas bisa disederhanakan menjadi keluarga kecil, berketahanan, dan sejahtera. Untuk mewujudkan hal itu, sejumlah program dilakukan BKKBN. Selain program pengaturan jumlah anak, ada juga program ketahanan dan pemberdayaan keluarga (beyond family planning).

Program ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan membina ketahanan keluarga dengan memperhatikan kelompok usia penduduk berdasarkan siklus hidup, yaitu dari janin hingga lanjut usia. Kegiatan yang mendukung program ini adalah Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL), Bina Lingkungan Keluarga (BLK), Pemberdayaan Ekonomi Keluarga. Tiap kegiatan diharapkan bisa memberikan kontribusi yang besar bagi keluarga. Kegiatan BKB misalnya menjadi wadah kegiatan keluarga yang mempunyai anak balita dan bertujuan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan orang tua dan anggota keluarga lain untuk mengasuh dan membina tumbuh kembang anak melalui kegiatan rangsangan fisik, mental, intelektual, emosional, spiritual, sosial, dan moral untuk mewujudkan SDM berkualitas.

Sementara itu BKL adalah wadah kegiatan keluarga dalam rangka menjaga kualitas lingkungan keluarga, baik fisik maupun nonfisik. Tujuannya untuk mempercepat pembangunan keluarga yang berkualitas secara holistik dan berkesinambungan. Untuk menyukseskan paradigma baru itu, BKKBN meningkatkan kualitas di berbagai langkah seperti memperluas jangkauan layanan KB melalui 23.500 klinik pemerintah dan swasta selama 2010–2014. Kemudian, menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk para mahasiswa yang sedang menjalani program Kuliah Kerja Nyata (KKN) agar ikut mendampingi ibu-ibu yang ber-KB dalam sektor pendapatan. Kami mengajukan anggaran mencapai Rp3–4 triliun, tapi yang disetujui adalah Rp1,6 triliun, tambah Sugiri.

Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Paulus Wirutomo menjelaskan, untuk mewujudkan sejumlah agenda, BKKBN perlu mengadakan perang informasi. Menurut blog Kerja Keras hal ini penting untuk memberi kesadaran bagi kaum muda jika punya anak dua itu lebih baik.

Related Posts

0 Response to "Saatnya Mengubah Paradigma Lama"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel