Semangat Reformasi Polri
Masih ingat dengan postingan sebelumnya? Ya... Koalisi Partai Baru merupakan postingan sebelumnya di blog Kerja Keras, dan kali ini saya akan membahas tentang Semangat Reformasi Polri. Mnurut informasi bahwa kita apresiasi keberhasilan Polri dalam melumpuhkan satu demi satu anggota jaringan terorisme di Tanah Air. Kesuksesan Polri paling tidak memberi garansi rasa aman kepada masyarakat dari ancaman teror yang keji dan tidak berperikemanusiaan.
Keberhasilan Polri juga menunjukkan bahwa mereka masih punya sumbangan berarti dalam tugasnya mengayomi masyarakat. Bukan melulu larut dalam hiruk-pikuk persoalan internal yang seperti tiada ujung. Dalam kasus Komjen Pol Susno Duadji misalnya. Polri, khususnya Detasemen Khusus 88 Antiteror, sekali lagi telah menunjukkan profesionalitasnya sebagai garda terdepan perlawanan terhadap aksi terorisme.
Publik mengharapkan, keberhasilan Polri ini menjadi pukulan berarti langsung ke jantung pertahanan jaringan teroris. Tidak hanya kepada anggota jaringan yang terus menyiapkan aksi-aksi teror, menurut pengamatan blog Kerja Keras dan yang lebih penting adalah menghambat bersemainya bibit-bibit pelaku teror. Dunia sudah memberi vonis yang tegas terhadap aksi terorisme. Terorisme tidak bisa diterima dalam kondisi apa pun dan oleh agama serta budaya apa pun. Soal terorisme,Polri harus konsisten berantas sampai ke akar-akarnya.
Di tengah upaya pemberantasan terorisme, publik menyadari betul situasi psikologis Polri sedang tidak bagus. Ragam kasus mendera menurut blog Kerja Keras yaitu bermula dari nyanyian mantan Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji yang menduga pejabat tinggi Polri terlibat mafia kasus. Drama itu berujung pada penetapan Susno sebagai tersangka yang diikuti penahanannya. Dalam situasi ini, Polri seperti menjadi tertuduh. Polri menjadi sasaran kritik.
Tuntutan publik jelas, polisi harus transparan dalam penanganan kasus yang melibatkan kalangan internal Polri agar tidak menimbulkan banyak persepsi. Publik masih bertanyatanya, bagaimana kelanjutan penanganan kasus terhadap perwira polisi yang dituduh terlibat mafia hukum? Pertanyaan lain yang mengemuka adalah bukti kuat apa sehingga mantan Kabareskrim Polri ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka? Pada situasi mendung psikologis yang dialami Polri itu, tiba-tiba muncul berita penggerebekan jaringan teroris di Jakarta, Cikampek, dan Sukoharjo.
Kita tidak ingin berprasangka buruk bahwa keberhasilan itu sengaja diatur timing-nya atau momentumnya untuk menghapus mendung psikologis itu. Tidak, Kita mengapresiasi keberhasilan Polri. Biarkan para pengkritik Polri mengait-ngaitkan timingpenggerebekan terhadap teroris itu dengan momen-momen tertentu. Toh, mereka punya alasan. Misalnya, Februari hingga Maret lalu, ketika terjadi penggerebekan teroris di Aceh, ada yang mengaitkan dengan rencana kunjungan Presiden Barack Obama ke Indonesia.
Bisa saja upaya mengaitkan ini disebut otak-atik gatuk yang mana sisi kleniknya lebih mengemuka daripada sisi rasional. Sebaiknya kita berpikir rasional bahwa penggerebekan teroris ini adalah kesuksesan Polri. Keberhasilan Polri yang selayaknya terus dipertahankan. Yang kita inginkan dan harapkan, semangat dalam memberantas teroris itu juga harus diaplikasikan dalam semangat Polri untuk mereformasi diri, memperbaiki diri, berkenaan dengan mendung psikologis yang kini dialami Polri.
Kita tidak ingin menyamakan Komjen Pol Susno Duadji dengan Mayor Alexei Dymovsky, seorang perwira polisi Rusia. September tahun lalu, Dymovsky menggegerkan Rusia setelah membuat pengakuan tentang perilaku koruptif kepolisian Rusia di Youtube. Ketika itu Dymovsky langsung dipecat dan ditangkap dengan tuduhan merusak citra polisi Rusia. Setelah ditahan selama tiga bulan, Dymovsky akhirnya dibebaskan.
Pengakuan Dymovsky membangkitkan gerakan besar menuntut reformasi kepolisian Rusia yang dikenal korup. Presiden Dmitry Medvedev langsung mengagendakan reformasi di tubuh kepolisian Rusia yang berada di bawah Kementerian Dalam Negeri. Program ini digarisbawahi Medvedev sebagai prioritas utama. Semangatnya sama, pembersihan kepolisian Rusia dari perilaku koruptif.
Program-program reformasi kepolisian oleh Medvedev sangat jelas, menurut pengamatan blog Kerja Keras. Di antaranya, pengurangan personel sebanyak 20% karena birokrasi terlalu gemuk, kenaikan gaji prajurit maupun perwira, dan rentetan program antikorupsi. Hasilnya belum tampak, tetapi semangatnya kentara. Polri butuh semangat perbaikan seperti kepolisian Rusia pascapengakuan Dymovsky. Semangat perbaikan yang sama besarnya dengan semangat untuk melumpuhkan terorisme.
Keberhasilan Polri juga menunjukkan bahwa mereka masih punya sumbangan berarti dalam tugasnya mengayomi masyarakat. Bukan melulu larut dalam hiruk-pikuk persoalan internal yang seperti tiada ujung. Dalam kasus Komjen Pol Susno Duadji misalnya. Polri, khususnya Detasemen Khusus 88 Antiteror, sekali lagi telah menunjukkan profesionalitasnya sebagai garda terdepan perlawanan terhadap aksi terorisme.
Publik mengharapkan, keberhasilan Polri ini menjadi pukulan berarti langsung ke jantung pertahanan jaringan teroris. Tidak hanya kepada anggota jaringan yang terus menyiapkan aksi-aksi teror, menurut pengamatan blog Kerja Keras dan yang lebih penting adalah menghambat bersemainya bibit-bibit pelaku teror. Dunia sudah memberi vonis yang tegas terhadap aksi terorisme. Terorisme tidak bisa diterima dalam kondisi apa pun dan oleh agama serta budaya apa pun. Soal terorisme,Polri harus konsisten berantas sampai ke akar-akarnya.
Di tengah upaya pemberantasan terorisme, publik menyadari betul situasi psikologis Polri sedang tidak bagus. Ragam kasus mendera menurut blog Kerja Keras yaitu bermula dari nyanyian mantan Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji yang menduga pejabat tinggi Polri terlibat mafia kasus. Drama itu berujung pada penetapan Susno sebagai tersangka yang diikuti penahanannya. Dalam situasi ini, Polri seperti menjadi tertuduh. Polri menjadi sasaran kritik.
Tuntutan publik jelas, polisi harus transparan dalam penanganan kasus yang melibatkan kalangan internal Polri agar tidak menimbulkan banyak persepsi. Publik masih bertanyatanya, bagaimana kelanjutan penanganan kasus terhadap perwira polisi yang dituduh terlibat mafia hukum? Pertanyaan lain yang mengemuka adalah bukti kuat apa sehingga mantan Kabareskrim Polri ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka? Pada situasi mendung psikologis yang dialami Polri itu, tiba-tiba muncul berita penggerebekan jaringan teroris di Jakarta, Cikampek, dan Sukoharjo.
Kita tidak ingin berprasangka buruk bahwa keberhasilan itu sengaja diatur timing-nya atau momentumnya untuk menghapus mendung psikologis itu. Tidak, Kita mengapresiasi keberhasilan Polri. Biarkan para pengkritik Polri mengait-ngaitkan timingpenggerebekan terhadap teroris itu dengan momen-momen tertentu. Toh, mereka punya alasan. Misalnya, Februari hingga Maret lalu, ketika terjadi penggerebekan teroris di Aceh, ada yang mengaitkan dengan rencana kunjungan Presiden Barack Obama ke Indonesia.
Bisa saja upaya mengaitkan ini disebut otak-atik gatuk yang mana sisi kleniknya lebih mengemuka daripada sisi rasional. Sebaiknya kita berpikir rasional bahwa penggerebekan teroris ini adalah kesuksesan Polri. Keberhasilan Polri yang selayaknya terus dipertahankan. Yang kita inginkan dan harapkan, semangat dalam memberantas teroris itu juga harus diaplikasikan dalam semangat Polri untuk mereformasi diri, memperbaiki diri, berkenaan dengan mendung psikologis yang kini dialami Polri.
Kita tidak ingin menyamakan Komjen Pol Susno Duadji dengan Mayor Alexei Dymovsky, seorang perwira polisi Rusia. September tahun lalu, Dymovsky menggegerkan Rusia setelah membuat pengakuan tentang perilaku koruptif kepolisian Rusia di Youtube. Ketika itu Dymovsky langsung dipecat dan ditangkap dengan tuduhan merusak citra polisi Rusia. Setelah ditahan selama tiga bulan, Dymovsky akhirnya dibebaskan.
Pengakuan Dymovsky membangkitkan gerakan besar menuntut reformasi kepolisian Rusia yang dikenal korup. Presiden Dmitry Medvedev langsung mengagendakan reformasi di tubuh kepolisian Rusia yang berada di bawah Kementerian Dalam Negeri. Program ini digarisbawahi Medvedev sebagai prioritas utama. Semangatnya sama, pembersihan kepolisian Rusia dari perilaku koruptif.
Program-program reformasi kepolisian oleh Medvedev sangat jelas, menurut pengamatan blog Kerja Keras. Di antaranya, pengurangan personel sebanyak 20% karena birokrasi terlalu gemuk, kenaikan gaji prajurit maupun perwira, dan rentetan program antikorupsi. Hasilnya belum tampak, tetapi semangatnya kentara. Polri butuh semangat perbaikan seperti kepolisian Rusia pascapengakuan Dymovsky. Semangat perbaikan yang sama besarnya dengan semangat untuk melumpuhkan terorisme.
0 Response to "Semangat Reformasi Polri"
Posting Komentar