Menanti Lahirnya Para Entrepreneur Muda
Ya, Pajak Hiburan Naik Paling Tinggi merupakan postingan sebelumnya pada blog Kerja Keras, dan kali ini saya akan membahas tentang Menanti Lahirnya Para Entrepreneur Muda. Menurut informasi bahwa pada tahun 1912, beberapa tahun sebelum periode great depression terjadi, seorang ekonom AS menerbitkan sebuah buku yang menggemparkan dunia. Kebanyakan orang pada periode itu hanya mengenal John Maynard Keynes (1939) dengan karya agungnya The General Theory of Employment, Interest and Money. Namun jauh sebelum Keynes membuka mata masyarakat dunia akan pentingnya usaha pemerintah untuk membangun perekonomian, seorang pria bernama Joseph Schumpeter telah memprediksi krisis akan menghampiri AS.
Analisa tersebut dia tuangkan ke dalam buku yang berjudul The Theory of Economic Development. Pemikiran Schumpeter bisa dibilang sangat liar dan jauh berbeda dengan mainstream yang berkembang pada saat tersebut. Kebanyakan mainstream pada waktu tersebut percaya bahwa pertumbuhan ekonomi hanya bisa tumbuh ketika investasi bisa naik serta konsumsi yang semakin tinggi.
Namun meurut blog Kerja Keras ada satu elemen yang menurut Schumpeter menjadi sebuah kebutuhan dasar bagi bangkitnya pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu sumbangsih para entrepreneur. Inilah sumbangsih pemikiran yang sampai sekarang dikenal sebagai paham Schumpeterian. Intinya keberadaan para entrepreneur pada suatu negara akan mampu menumbuhkan perekonomian negara tersebut.
Entrepreneur dis ini tidak hanya mereka yang menjadi pelaku bisnis atau manajer tetapi mereka adalah individu unik yang secara natural mempunyai keberanian untuk mengambil risiko dan memberikan konsep baru. Menurut blog Kerja Keras bahwa konsep baru yang kemudian mampu melahirkan inovasi produk dan pengembangan teknologi untuk peningkatan perekonomian. Dewasa ini Indonesia dituntut untuk mempunyai wirausaha muda dalam jumlah banyak.
Berdasarkan kebutuhan nasional, Indonesia membutuhkan sekitar 2,5% wirausaha, namun pada kenyataannya saat ini hanya ada sekitar 0,08% wiraswasta yang memberanikan diri untuk terjun dalam dunia usaha. Kalau secara angka mungkin kita mendapatkan ada sekitar 17,6 juta wirausaha dari 220 juta penduduk Indonesia, namun secara kebutuhan nasional, angka tersebut masih sangat kecil.
Ketakutan untuk memulai usaha bisa dimaklumi menjadi salah satu faktor sedikitnya para wirausahawan ini, khususnya para wirausaha muda, menurut pengamatan blog Kerja Keras. Hal ini juga ditengarai karena minimnya modal yang mereka miliki. Selain itu kurang mampunya para masyarakat Indonesia dalam memberikan sebuah inovasi serta minimnya kreativitas yang dimiliki juga menjadi salah satu penyebab banyaknya usaha yang harus gulung tikar karena tidak mempunyai diferensiasi dengan produsen lainnya.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan pemerintah untuk menumbuhkan para wirausahawan ini. Pertama, memberikan insentif dalam bentuk modal usaha bagi para pengusaha, khususnya para pengusaha muda. Ini penting mengingat dengan adanya modal, upaya untuk memulai kegiatan usaha akan mudah dilakukan. Kedua, meminimalisasikan distorsi dalam hal birokrasi dan hokum.
Buruknya sistem birokrasi serta ketidak jelasan hukum seringkali membuat orang takut dan lelah untuk membuka sebuah usaha. Lamanya waktu untuk pengurusan izin serta hukum yang tidak jelas membuat orang tidak berani untuk memulainya, menurut pengamatan blog Kerja Keras. Terakhir, harus ada kurikulum berbasis soft skills dan entrepreneurship dalam pelajaran sekolah. Dimulai dari segala jenjang pendidikan agar ketika mereka dewasa nanti, pikiran mereka tidak hanya terkungkung pada jajaran teknis, namun bisa memberikan sebuah pemikiran yang kreatif dan inovatif.
Analisa tersebut dia tuangkan ke dalam buku yang berjudul The Theory of Economic Development. Pemikiran Schumpeter bisa dibilang sangat liar dan jauh berbeda dengan mainstream yang berkembang pada saat tersebut. Kebanyakan mainstream pada waktu tersebut percaya bahwa pertumbuhan ekonomi hanya bisa tumbuh ketika investasi bisa naik serta konsumsi yang semakin tinggi.
Namun meurut blog Kerja Keras ada satu elemen yang menurut Schumpeter menjadi sebuah kebutuhan dasar bagi bangkitnya pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu sumbangsih para entrepreneur. Inilah sumbangsih pemikiran yang sampai sekarang dikenal sebagai paham Schumpeterian. Intinya keberadaan para entrepreneur pada suatu negara akan mampu menumbuhkan perekonomian negara tersebut.
Entrepreneur dis ini tidak hanya mereka yang menjadi pelaku bisnis atau manajer tetapi mereka adalah individu unik yang secara natural mempunyai keberanian untuk mengambil risiko dan memberikan konsep baru. Menurut blog Kerja Keras bahwa konsep baru yang kemudian mampu melahirkan inovasi produk dan pengembangan teknologi untuk peningkatan perekonomian. Dewasa ini Indonesia dituntut untuk mempunyai wirausaha muda dalam jumlah banyak.
Berdasarkan kebutuhan nasional, Indonesia membutuhkan sekitar 2,5% wirausaha, namun pada kenyataannya saat ini hanya ada sekitar 0,08% wiraswasta yang memberanikan diri untuk terjun dalam dunia usaha. Kalau secara angka mungkin kita mendapatkan ada sekitar 17,6 juta wirausaha dari 220 juta penduduk Indonesia, namun secara kebutuhan nasional, angka tersebut masih sangat kecil.
Ketakutan untuk memulai usaha bisa dimaklumi menjadi salah satu faktor sedikitnya para wirausahawan ini, khususnya para wirausaha muda, menurut pengamatan blog Kerja Keras. Hal ini juga ditengarai karena minimnya modal yang mereka miliki. Selain itu kurang mampunya para masyarakat Indonesia dalam memberikan sebuah inovasi serta minimnya kreativitas yang dimiliki juga menjadi salah satu penyebab banyaknya usaha yang harus gulung tikar karena tidak mempunyai diferensiasi dengan produsen lainnya.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan pemerintah untuk menumbuhkan para wirausahawan ini. Pertama, memberikan insentif dalam bentuk modal usaha bagi para pengusaha, khususnya para pengusaha muda. Ini penting mengingat dengan adanya modal, upaya untuk memulai kegiatan usaha akan mudah dilakukan. Kedua, meminimalisasikan distorsi dalam hal birokrasi dan hokum.
Buruknya sistem birokrasi serta ketidak jelasan hukum seringkali membuat orang takut dan lelah untuk membuka sebuah usaha. Lamanya waktu untuk pengurusan izin serta hukum yang tidak jelas membuat orang tidak berani untuk memulainya, menurut pengamatan blog Kerja Keras. Terakhir, harus ada kurikulum berbasis soft skills dan entrepreneurship dalam pelajaran sekolah. Dimulai dari segala jenjang pendidikan agar ketika mereka dewasa nanti, pikiran mereka tidak hanya terkungkung pada jajaran teknis, namun bisa memberikan sebuah pemikiran yang kreatif dan inovatif.
0 Response to "Menanti Lahirnya Para Entrepreneur Muda"
Posting Komentar